728x90 AdSpace

  • Berita Terkini

    Thursday, May 8, 2014

    Ada Apa dengan Byarpet di Lampung ?

    Oleh Karina Lin

    Pet, pet, pet ! Sabtu malam 3 Mei 2014 lalu byarpet kembali datang tanpa diundang. Ditengah kesibukan saya mengetik tulisan sembari bermedia sosial di laman Facebook, tahu-tahu saja ruang kamar saja menjadi gelap gurita. Kipas angin yang menghembuskan angin sepoi-sepoi berhenti berputar sehingga selain kegelapan menyergap, panas pun membekap.

    Sontak sumpahan dan dumelan terucap dari mulut saya dan siapa lagi kalau bukan PLN yang menjadi objek sumpahan dan dumelan itu. PLN yang katanya Perusahaan Listrik Negara, bagi saya dan mungkin rerata warga masyarakat yang pernah mengalami kejadian tak enak dengan PLN – lebih tepat disebut Perusahaan Lilin Negara.

    Sungguh terlalu! Menyebalkan dan rasanya pengen sekali menggrebek Kantor PLN serta melemparinya dengan bom molotov. Biarlah kantor Perusahaan Lilin Negara itu hancur lebur. Apalagi lokasi kantor Pe-el-en itu tak jauh dari lokasi tempat tinggal saya. Kekesalan saya makin membumbung di ubun-ubun ketika mengingat bahwa seminggu sebelumnya dan tepatnya juga di Sabtu (malam minggu) 26 April 2014, Pe-el-en juga melakukan hal yang sama. Listrik dimatikan mulai pukul setengah tujuh malam dan baru menyala sekira hampir pukul setengah sebelas malam.

    Ketika Peelen mematikan listrik di Sabtu dua minggu lalu itu, saya beruntung. Pasalnya di Cafe Dawiels, awak AJI Bandarlampung menggelar acara Pengumuman dan Penyerahan hadiah pemenang Beasiswa dan Workshop Tata Kelola Kehutanan 2014. Sebagai anggota AJI maka tentulah saya hadir di acara tersebut. Kejenuhan yang dipicu oleh Pe-el-en, untuk sementara bisa teredakan. Namun, tidak demikian ketika Sabtu malam minggu berikutnya (yang tanggal 3 Mei 2014) itu loh. Berharap diapelin kekasih tercinta, eh malah Pe-el-en byarpet yang mengapel. Oh malangnya....

    Pet, pet, pet ! Saya bertanya-tanya, ada apakah gerangan dengan Pe-el-en di Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai ini yang lagi-lagi melakukan byarpet bergilir?Dulu, ketika saya masih tinggal – ngekost di Jalan Ahmad Yani, Peelen juga melakukan hal yang sama. Kalau tidak salah dimulai bulan Agustus 2013. Lantas berlanjut di bulan Desember 2013, Februari 2014 (atau Maret 2014 ya ?

    Saya lupa lantaran terlalu seringnya mengalami byarpet), saya benar-benar merasakan manis madunya byarpet oleh Pe-el-en. Setiap dua hari sekali, Pe-el-en rajin wakuncar ke tempat kost saya. Sampai-sampai, saking telah terbiasanya – saya perlu mempersiapkan segala sesuatu yang bagus supaya saat si byarpet Peelen tiba, saya bisa memberikan “servis” terbaik kepada mereka.

    Sore-sore sekira pukul empatan, saya sudah mengisi penuh bak air di kamar mandi. Kenapa ? Lantaran kalau mati lampu, pompa air di kost-an ya jelas mati juga. Sementara tempat kost saya waktu itu berada di lantai dua. Berhubung keran kamar mandi saya rusak patah, maka proses mengisi penuh air ke bak mandi saya lakukan dengan menggotong air dari keran yang berada di luar, di dekat dapur kecil dari kamar kost saya. Bolak-balik saya mengangkati air tersebut sampai full dan rasanya ? Cukup pegal terutama di bagian punggung bawah bagian belakang.

    Sisi positifnya ada juga sih. Saya perhatikan, pada kedua lengan saya mulai terbentuk otot-otot yang kencang dan tubuh menjadi lebih bugar. Angkat-angkat air begitu rupanya cukup menjadi olahraga yang bisa membakar kalori dan membantu pembentukan tubuh langsing juga, begitu pikir saya.

    Oh ya, kembali ke soal Peelen kerap byarpet. Sewaktu di kost-an lama – kabarnya Peelen melakukan byarpet bergilir disebabkan oleh proses maintenance yang dilakukan oleh mereka terhadap pembangkit-pembangkit listriknya.

    Mengutip pemberitaan di sejumlah media cetak lokal online, konon (waktu itu) pemadaman bergilir yang dilakukan sejak 26-31 Agustus 2013 dikarenakan pemeliharaan terhadap pipa boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan Unit 4, PLTP Ulubelu Unit satu, berkurangnya debit ait di pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Way Besai dan prioritas pengairan PLTA Batutegi yang membuat sistem Lampung mengalami defisit daya berkisar 50-60 Megawatt (MW). Dan menurut mereka, proses maintenance ini membutuhkan waktu hingga September 2013.

    Itu alasan yang dipakai setahun lalu. Sekarang, saat byarpet kembali menghampiri, saya bertanya-tanya alasan apa lagi yang akan dikemukakan oleh Peelen kepada warga masyarakat Lampung ?  Ternyata Peelen, selain rajin byarpet – hebat pula dalam hal merangkai alasan byarpet yang telah dilakukan mereka terhadap masyarakat Lampung. Saya menduga, mungkin karena telah terlalu sering Peelen Lampung menjalankan aksi byarpet maka tak heran mereka menjadi terbiasa lihai membikin alasan.

    Tambahan, masyarakat Lampung bahkan seluruh Indonesia tidak bisa menggugat andaikata Peelen byarpet. Dalam tulisan Nasib Listrik Kita yang dimuat surat kabar Lampung Post edisi 7 Mei 2014 ini, Daeng Novrial menulis demikian: inilah faktanya negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, tetapi masih krisis listrik sampai sekarang. Besarnya kebutuhan penduduk di negara kita ternyata tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan daya listrik yang seharusnya melimpah. Padahal,  alam dan potensi yang disediakan oleh negara untuk PLN telah dikuasai dan perusahaan listrik inilah satu-satunya yang memonopoli penyediaan listrik di negara kita.

    Ya, monopoli inilah yang menjadikan masyarakat hanya bisa menerima (tentu sambil memendam kekecewaan) dari setiap penyataan maaf dan alasan yang diajukan oleh Peelen terkait aksi byarpet mereka.

    Lantas alasan apa yang dikemukakan oleh Peelen terkait byarpet yang terjadi dari akhir bulan April 2014 ini. Menurut yang diberitakan oleh berbagai media massa lokal setempat, salah satu gardu induk Pe-el-en di daerah Tegineneng meledak. OMG, meledak ?! Lagi, lagi ?! Sungguh terlalu !

    Pet ! Pet ! Pet ! Tidak lebay jika kita membelalak mata, mulut menganga lebar dan menupuk jidat. Medengar alasan Peelen kali ini, justru respon yang patut kita layangkan ialah mempertanyakan mengapa bisa terjadi. Mengapa dan kenapa gardu tersebut bisa meledak ?

    Logikanya begini: setiap tahun dalam bulan-bulan tertentu Peelen melakukan pemdaman bergilir dengan alasan sedang melakukan proses pemeliharaan (maintenance) kepada para pembangkit listrik yang mereka miliki. Dikarenakan maintenance tadi maka, daya pasokan listrik menjadi berkurang. Imbasnya dilakukanlah pemadaman bergilir sebagai solusi sementara.

    Nah, jika Pe-el-en sangat rajin melakukan proses pemeliharaan,  kenapa salah satu gardu listrik mereka bisa meledak tak lama pascapemeliharaan? Tanda tanya besar menghampiri saya dan kita. Kalau sampai terjadi, bukan kalau sampai. Namun faktanya sampai terjadi gardu meledak. Jadi ,sesungguhnya apa sih yang dilakukan oleh Pe-el-en selama pemeliharaan  beberapa bulan lalu? Sungguhkah mereka melakukan pemeliharaan?  Sukucadang-sukucadang mesin kualitas macam apakah yang mereka pakai? Apakah sukucadang  kelas KW ataukah orisinal dalam melakukan pemeliharaanterhadap aset mereka ? Atau jangan-jangan ada udang di balik byarpet (baca: korupsi) ? 

    Ah, ada apa dengan byarpet di Lampung sih ?


    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Ada Apa dengan Byarpet di Lampung ? Rating: 5 Reviewed By: r3nc0n9
    Scroll to Top