Para peserta workshop berpose bersama. (Ist) |
KEDIRI, Teraslampung.com – Novel “Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh” (2014) karya Aliya Nurlela diluncurkan di kantor Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, Pare, Kediri, Selasa (10/6) kemarin. Novel itu diluncurkan Ketum FAM Indonesia, Muhammad Subhan, di hadapan utusan pelajar, mahasiswa dan guru yang datang dari beberapa kota di Jawa Timur.
Peluncuran novel setebal 505 halaman dan berlatar Tanah Pasundan (Jawa Barat) itu, menandai dibukanya Workshop Menulis Novel Angkatan 1 FAM Indonesia. Workshop itu akan secara rutin digelar FAM Indonesia dalam rangka memberikan bimbingan kepenulisan novel, khususnya bagi pemula.
Tampil sebagai narasumber Muhammad Subhan yang juga penulis novel “Rinai Kabut Singgalang” (2011). Dalam materinya “Menggali Ide Novel Lewat Pengalaman Pribadi”, dijelaskan bahwa pengalaman pribadi seorang penulis adalah modal dasar yang cukup bagus dikembangkan dalam menggarap sebuah novel.
“Ingat-ulang kembali segala peristiwa di masa kecil, ramu dengan bumbu kreativitas, dramatisir konflik dan tokoh-tokohnya,” kata Muhammad Subhan.
Menurutnya, dalam kehidupan pribadi seseorang menyimpan banyak sekali kenangan dengan segala macam suka dan dukanya. Maka, sebelum menceritakan orang lain, alangkah baiknya bagi penulis (pemula) menjemput realitas kehidupan pribadinya dan menjadikannya sebagai realitas sastra (novel).
“Nanti, jika sudah benar-benar mahir, baru garap ide-ide kreatif lainnya, terutama ide-ide yang diangkat dari realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat dan ditulis dengan lebih kritis,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, ia juga berbagi kiat tentang modal lainnya yang harus dimiliki seorang pemula yang ingin menulis novel, yaitu dengan cara banyak membaca novel-novel karya penulis ternama.
Dia merekomendasikan novel-novel terjemahan dari bahasa asing untuk dibaca, di samping novel-novel yang ditulis oleh pengarang-pengarang dalam negeri.
“Dengan banyak membaca novel-novel itu, akan sangat memudahkan penulis pemula melahirkan novel perdananya,” ujar Muhammad Subhan.
Soal menggali ide dari pengalaman pribadi, dia mencontohkan novel “Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh” karya Aliya Nurlela yang juga berangkat dari pengalaman pribadi si penulis. Novel itu secara cerdas ditulis, bukan saja mengungkap kehidupan yang “indah-indah”, tetapi juga menceritakan sisi lain dari masa kecil dan kehidupan remaja si penulis.
“Adegan dan konflik ceritanya hidup, mengalir, dan banyak pesan-pesan inspiratif yang terkandung di dalam novel itu,” tambahnya.
Workshop Menulis Novel Angkatan 1 diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan Milad ke-2 FAM Indonesia. Seharusnya, gebyar Milad FAM Indonesia dirayakan pada tanggal 2 Maret 2014 lalu, namun pasca erupsi gunung Kelud menyebabkan kondisi kantor FAM Indonesia belum cukup repersentatif mengadakan sebuah kegiatan akbar.
“Alhamdulillah, sekarang kondisi Kelud sudah normal, begitupun Pare, kotanya telah hidup kembali dengan berbagai aktivitas masyarakat,” kata Aliya Nurlela, yang juga Sekjen FAM Indonesia. (Dewira/Rel)
0 comments:
Post a Comment