Syailendra Arif/Teraslampung.com
Lampung Timur—Jalan lintas timur (Jalintim), Lampung Timur, menjadi alternatif bagi pengguna jalan khususnya antarprovinsi dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya. Jalintim dinilai lebih cepat.
Namun, hasil pantauan di lokasi akhir-akhir ini Jalintim tampak sepi. Kendaraan truk yang biasanya banyak meliwati kawasan ini, kini tidak lagi memilih Jalintim, Lampung Timur.
Di sejumlah titik jalan rusak ini rawan pemungutan liar (pungli) yang dilakukan warga setempat. Para Pak Ogah memanfaatkan kemacetan. Ulah warga setempat itu sangat meresahkan para pengguna jalan, khususnya sopir truk.
Ada pun pungli di jalan terjadi di empat kecamatan, yaitu Way Jepara, Mataram Baru, Labuhan Maringgai, dan Pasir Sakti. Di kawasan ini, seperti diungkapkan salah seorang sopir truk yang hendak ke Medan, kerap terjadi pungli di jalan.
Para Pak Ogah itu meminta uang kepada para pengendara yang melintas, antara Rp2 ribu hingga Rp10 ribu pada malam hari. “Warga minta alasannya untuk memperbaiki jalan,” kata Soleh, warga Tangerang.
Hal sama diakui sopir truk lainnya yang hendak ke Banda Aceh memilih Jalintim. Rasman, warga Jawa Tengah ini, menyayangkan ulah para Pak Ogah tersebut. Padahal, kata dia lagi, Jalintim, Lampung Timur ini, sangat dimanfaatkan pengguna jalan antarprovinsi dari Pulau Jawa ke Sumatera atau sbealiknya.
“Tapi, dibandingkan yang lain jalintim Lampung Timur ini sudah terkenal dengan punglinya,” kata dia.
Karena itu, para sopir truk itu berharap aparat kepolisian setempat menindak tegas para Pak Ogah, sehingga mempersempit ruang gerak mereka. “Kalau dibiarkan, pengendara yang melintas jalan ini menjadi tidak nyaman,” kata Soleh lagi.
Lampung Timur—Jalan lintas timur (Jalintim), Lampung Timur, menjadi alternatif bagi pengguna jalan khususnya antarprovinsi dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya. Jalintim dinilai lebih cepat.
Namun, hasil pantauan di lokasi akhir-akhir ini Jalintim tampak sepi. Kendaraan truk yang biasanya banyak meliwati kawasan ini, kini tidak lagi memilih Jalintim, Lampung Timur.
Di sejumlah titik jalan rusak ini rawan pemungutan liar (pungli) yang dilakukan warga setempat. Para Pak Ogah memanfaatkan kemacetan. Ulah warga setempat itu sangat meresahkan para pengguna jalan, khususnya sopir truk.
Ada pun pungli di jalan terjadi di empat kecamatan, yaitu Way Jepara, Mataram Baru, Labuhan Maringgai, dan Pasir Sakti. Di kawasan ini, seperti diungkapkan salah seorang sopir truk yang hendak ke Medan, kerap terjadi pungli di jalan.
Para Pak Ogah itu meminta uang kepada para pengendara yang melintas, antara Rp2 ribu hingga Rp10 ribu pada malam hari. “Warga minta alasannya untuk memperbaiki jalan,” kata Soleh, warga Tangerang.
Hal sama diakui sopir truk lainnya yang hendak ke Banda Aceh memilih Jalintim. Rasman, warga Jawa Tengah ini, menyayangkan ulah para Pak Ogah tersebut. Padahal, kata dia lagi, Jalintim, Lampung Timur ini, sangat dimanfaatkan pengguna jalan antarprovinsi dari Pulau Jawa ke Sumatera atau sbealiknya.
“Tapi, dibandingkan yang lain jalintim Lampung Timur ini sudah terkenal dengan punglinya,” kata dia.
Karena itu, para sopir truk itu berharap aparat kepolisian setempat menindak tegas para Pak Ogah, sehingga mempersempit ruang gerak mereka. “Kalau dibiarkan, pengendara yang melintas jalan ini menjadi tidak nyaman,” kata Soleh lagi.
0 comments:
Post a Comment