728x90 AdSpace

  • Berita Terkini

    Wednesday, May 14, 2014

    Merasakan Getaran “Pemuda” Chaseiro

    Taufik Che Wijaya*
    Chasiro (dok newsmusic.co)

    Pemuda, kemana langkahmu menuju
    Apa yang membuat engkau ragu
    Tujuan sejati menunggumu sudah
    Tetaplah pada pendirian semula

    Dimana artinya berjuang
    Tanpa sesuatu pengorbanan
    Kemana arti rasa satu itu
    Bersatulah semua seperti dahulu
    Lihatlah ke muka
    Keinginan luhur kan terjangkau semua

    Pemuda, mengapa wajahmu tersirat
    Dengan pena yang bertinta belang
    Cerminan tindakan akan perpecahan
    Bersihkanlah nodamu semua
    Masa depan yang akan tiba
    Menuntut bukannya nuansa
    Yang selalu menabirimu pemuda



    LIRIK di atas diambil dari lagu “Pemuda” (Chandra Darusman) yang dipopularkan Chaseiro, kelompok vokal dari Universitas Indonesia yang mengusung aliran musik jazz, yang dipimpin Chandra Darusman. Lagu ini popular sekitar tahun 1978-an.

    Melihat situasi politik di Indonesia saat itu, tampaknya lagu tersebut dipersembahkan kepada para pemuda Indonesia agar bersatu untuk berjuang melawan rezim Orde Baru yang antidemokrasi. Pesan ini sangat terasa dalam lirik ini: Dimana artinya berjuang. Tanpa sesuatu pengorbanan. Kemana arti rasa satu itu. Bersatulah semua seperti dahulu. Lihatlah ke muka. Keinginan luhur kan terjangkau semua.

    Jika ditafsirkan secara bebas, lirik ini mengingatkan para pemuda Indonesia untuk bersatu dan berjuang seperti para pemuda sebelumnya yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Keinginan luhur tersebut akhirnya terwujud pada 1998, saat rezim Orde Baru tumbang.

    Ternyata setelah reformasi, perjuangan para pemuda Indonesia belum selesai. Berbagai persoalan di Indonesia terus bermunculan. Mulai dari kemiskinan, pelanggaran HAM, kerusakan lingkungan hidup, korupsi, serta berbagai bentuk kekerasan yang hampir terjadi di setiap hari.

    Bahkan, dalam situasi “kacau” ini banyak pemuda yang terlibat untuk menambah kekacauan bukan meredakannya. Banyak yang dipenjara karena korupsi, mengonsumsi narkoba, aksi teroris, memperkosa, merampok, serta perkelahian antarkampung.

    Jika menyimak lirik lagu “Pemuda” hal ini juga sudah diingatkan: Pemuda, mengapa wajahmu tersirat. Dengan pena yang bertinta belang. Cerminan tindakan akan perpecahan. Bersihkanlah nodamu semua. Masa depan yang akan tiba. Menuntut bukannya nuansa Yang selalu menabirimu pemuda.

    Lirik dari lagu-lagu Chaseiro memang penuh dengan pesan. Meskipun musik yang ditawarkan terkesan lembut, tidak menghentak seperti rock, tapi jika diresapi pesannya sangat jelas dan tegas.

    Misalnya kita simak lirik dari lagu “Kemanusiaan” ‘Kemanusiaan’ (Taufik Darusman, Candra Darusman, Aswin). Lirik sangat jelas menyampaikan pesan kepada setiap manusia, khususnya manusia Indonesia, agar menjunjung nilai-nilai hak asasi manusia (HAM). Sekali lagi, dengan musik yang lembut, Chaseiro mencoba mengkritik rezim Orde Baru yang dipimpin Jenderal Soeharto yang tidak menghormati HAM, karena begitu banyak korbannya, yang sampai saat ini sebagian besar belum diselesaikan kasusnya secara hukum.

    Setiap insan di dunia
    Berhak atas kebahagiaan
    Setiap insan di dunia
    Berhak atas kebebasan diri
    Hak asasi manusia junjunglah tinggi
    Hak asasi manusia peganglah teguh
    Kemanusiaan di hatiku
    Kemanusiaan di pikiranmu

    Sama seperti lirik pada lagu “Pemuda”, pesan yang disampaikan dari lagu “Kemanusiaan” jelas sangat terasa hingga saat ini. Bahkan dapat dikatakan persoalan utama di negara ini adalah pelanggaran HAM. Para penyelenggara negara dinilai belum mampu memenuhi HAM rakyatnya. Sementara para pelaku pelanggaran HAM kian mengumpulkan kekayaan, bahkan membusungkan dada karena mampu berkuasa, apalagi tersentuh hukum.

    Lagu “Tempat Berpijak” (Chandra Darusman) mungkin satu kritik yang cukup keras terhadap para pemimpin yang otoriter atau yang mengutamakan kepentingan dirinya, yang tidak memikirkan orang lain, apalagi rakyatnya. Simaklah liriknya: Bila ku merenung, kan segala yang telah kuperbuat. Hanya demi seorang. Dialah diriku. Ternyata, hasil karya. Jerih payah. Yang dapat ku sembahkan. Hanya demi seorang. Dialah diriku. Kualihkan perhatian yang terbenam di hatiku. Memikirkan kepentingan yang lain.

    Dapat dikatakan hampir semua lagu milik Chaseiro memberikan pesan yang jelas bagi kemanusiaan dan nilai-nilai luhur lainnya.

    ***

    KELOMPOK musik yang digawangi Chandra Darusman (vokal, keyboard), Helmi Indrakesuma (vokal), Aswin Sastrowardoyo (vokal, gitar), Edi Hudioro (flute), Irwan B. Indrakesuma (vokal), Rizali Indrakesuma (vokal, bass) dan Omen Norman Sonisontani (vokal), pada masanya memiliki penggemarnya, terutama para pecinta musik jazz di Indonesia.

    Gaya bernyanyinya, banyak ditiru para penggemar musik Indonesia hingga tahun 1990-an. Ini terlihat dari berbagai vocal grup yang ada di sekolah dan perguruan tinggi. Yang mana setiap hari besar, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, selalu dilombakan vocal group.

    Nama Chaseiro, mengutip artikel Gideon Momongan yakni “Semangat Jiwa Muda, Terus Muda!” di newsmusic.co, merupakan akronim dari para punggawanya yakni Candra Darsuman, Helmie Indrakesuma, Aswin Sastrowardoyo, Edwin Hudioro, Rizali Indrakesuma dan Omen Norman Sonisontani.

    Chaseiro dapat dikatakan sebagai kelompok musik yang turut mempopularkan musik jazz-pop di Indonesia pada era 1970-an akhir. Kelompok ini melahirkan Chandra Darusman, yang akhirnya masuk dalam jajaran pemusik jazz Indonesia, yang sudah memunculkan Jack Lesmana, Idris Sardi, Bubi Chen, Benny Likumahuwa, Didi Tija, Benny Mustapha, Abadi Soesman, Margi Segers, Rien Djamain, Droery Marantika, Jopie Item, yang kemudian disusul penyanyi jazz-pop dan jazz-rock baru seperti Christ Kayhatu, Fariz RM, Hemi Pasolima, Henry Manuputty, Utha Likumahuwa, Ria Likumahuwa dan masih banyak lagi.*

    * Pekerja budaya. Tinggal di Palembang
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Merasakan Getaran “Pemuda” Chaseiro Rating: 5 Reviewed By: r3nc0n9
    Scroll to Top