728x90 AdSpace

  • Berita Terkini

    Tuesday, May 13, 2014

    Duduk Perkara Opini “Revolusi Mental” Joko Widodo

    Oleh Pepih Nugraha*

    Pepih Nugraha (dok Pepih Nugraha)
    Opini bakal calon presiden Joko Widodo “Revolusi Mental” yang dimuat di Rubrik Opini Harian Kompas, Sabtu 10 Mei 2014, menuai banyak pertanyaan. Terlacak di media sosial seperti Twitter, Facebook dan bahkan Kompasiana, publik lebih suka menelisik dan mempertanyakan apakah benar itu tulisan (asli) Jokowi atau orang lain yang membuatkan tulisan itu atas nama Jokowi, daripada membahas isi tulisan itu sendiri.


    Dalam suasana yang sedang saling tunggu kelengahan, tak pelak tulisan Joko Widodo itu dianggap sebagai celah masuk untuk “menyerang”. Tudingan plagiat pun merebak dan karenanya apa yang dilakukan Joko Widodo lewat tulisannya tersebut digolongkan sebagai kejahatan intelektual.

    Beberapa teman kemudian menyebut (mention) nama saya di Facebook agar saya menjelaskan, atau setidak-tidaknya memberi komentar, perihal tulisan Joko Widodo di halaman opini HarianKompas itu. Opini publik kemudian membawa-bawa Harian Kompas, media di mana saya bekerja, yang dikatakan sementara orang berpihak kepada calon presiden tertentu. Untuk yang satu ini, saya sangat-sangat percaya kredibilitas kolega saya di Desk Opini yang menggawangi rubrik opini ini.

    Meski demikian, atas desakan penyebutan (mention) saya di Facebook oleh beberapa kawan dan terutama untuk mencari kebenaran atas praduga dan prasangka publik terhadap opini Joko Widodo itu, saya membuka percakapan dengan Kepala Desk Opini 

    Harian Kompas, Tati Samhadi, Senin 12 Mei 2014. Tujuannya untuk memperoleh fakta atau kebenaran atas isu yang beredar di publik. Percakapan saya lakukan secara tertulis melalui surat elektronik agar pertanyaan-jawaban tercatat sebagai bukti faktual.

    Apa yang saya tanyakan kepada Mbak Tat, demikian saya biasa memanggilnya, tidak lebih dari pertanyaan publik juga yakni apakah benar itu tulisan asli Joko Widodo, apakah benar “pengakuan” Joko Widodo sebagaimana dikutip sejumlah media online, bahwa tulisan itu karya “tim penulis”-nya sedangkan ia hanya memberi garis-garis besarnya saja.

    Atas pertanyaan saya kepada penanggung jawab Rubrik Opini Harian Kompas itu, beberapa menit kemudian saya memperoleh jawaban tertulis dari Mbak Tat sebagai berikut: “Pepih, saya sudah tanya lagi, itu artikel Jokowi sendiri yang nulis. Gagasan dia, buah pikiran dia dan dia sendiri juga yang nyusun poin2nya, nggak bener dia pernah bilang bukan dia yg nulis”.

    Demikian apa ada adanya jawaban Mbak Tat saya tuliskan kembali di sini langsung copas dari surat elektronik.

    Jelas terbaca bahwa Mbak Tat berusaha menghubungi Joko Widodo atau setidak-tidaknya pihak Joko Widodo beberapa saat setelah mendapat pertanyaan saya (mewakili publik media sosial) dan jawaban Mbak Tat adalah sebagaimana tertulis di atas (italic). Saya pikir dari jawaban ini duduk perkaranya sudah jelas dan jawaban ini pulalah yang kelak akan saya gunakan untuk menjawab keraguan publik di media sosial yang me-mention saya.

    Terkait pertanyaan publik yang juga saya sampaikan, yang menganggap bahwa Harian Kompasmemberikan keistimewaan khusus kepada Joko Widodo sementara bakal calon presiden tidak hanya dia seorang, Mbak Tat pun menjawabnya sebagai berikut:
    “Ini juga bukan privilege Jokowi, karena sebelumnya kita juga sudah pernah menurunkan artikel Wiranto, Aburizal, Anis Matta, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, dan Anies Baswedan. Kita juga mempersilakan kalau capres yg lain mau nulis, krn memang salah satu tanggung jawab kita untuk memanggungkan gagasan dan pemikiran2 para calon pemimpin itu, biar masyarakat tahu dan menilai sendiri. Kompas selalu memberi perlakuan sama dan tidak partisan.”

    Demikian jawaban Mbak Tat kepada saya yang saya copas sebagaimana aslinya. Jawaban-jawaban Mbak Tat sangat saya perlukan untuk menjelaskan kepada publik. Mengapa bukan saya saja yang langsung menjelaskannya, bukankah saya sendiri orang Kompas? Mungkin ada pertanyaan demikian. Memang benar saya orang Kompas, tepatnya wartawan Kompas, tetapi untuk urusan Rubrik Opini, saya tidak berpretensi untuk sok tahu. Ada orang yang lebih berwenang dan lebih tepat menjelaskannya, dalam hal ini Mbak Tat sebagai penanggung jawab rubrik. Maka, jawaban-jawaban dari Mbak Tat itulah yang saya gunakan sebagai jawaban bagi siapapun yang bertanya perihal opini Jokowi di Harian Kompas.

    Harus saya akui, tidak semua jurnalis atau editor Harian Kompas aktif di media sosial meskipun mereka punya akun. Sementara, saya wajib aktif di media sosial terkait pekerjaan saya yang diberi amanah mengembangkan media sosial Kompasiana dan Forum Kompas. Saya juga tidak akan bereaksi kalau nama saya tidak dicolek atau di-mention teman-teman fesbuker.

    Sebagai bagian sopan-santun berinternet, “poke” atau “mention” di media sosial adalah sapaan di mana (kalau bisa) kita menanggapinya (take it) . Saya bisa saja mengabaikannya (leave it), tetapi karena ini menyangkut nama baik media di mana saya bekerja, saya harus sebisa mungkin menerangkannya kepada publik yang meminta penjelasan. Penjelasan yang saya berikan kepada publik bukan dari opini atau pendapat saya, melainkan pendapat dari penanggung jawab Rubrik Opini Harian Kompas.

    Semoga saja tulisan ringkas ini ada manfaatnya, setidak-tidaknya memberi penjelasan dari sisi Harian Kompas yang telah memuat opini Joko Widodo dan menjadi perbincangan khalayak luas. Soal Anda tidak percaya atas penjelasan atau pengakuan Joko Widodo mengenai opini yang ditulisnya, itu sama-sekali bukan urusan saya, silakan saja. Urusan saya sebatas menjelaskan duduknya perkara.

    Palbar kala senja, 13 Mei 2014


    * Pepih Nugraha adalah jurnalis Kompas dan pengelola Kompasiana. Artikel ini juga sudah dimuat di kompasiana.com
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Duduk Perkara Opini “Revolusi Mental” Joko Widodo Rating: 5 Reviewed By: r3nc0n9
    Scroll to Top