728x90 AdSpace

  • Berita Terkini

    Wednesday, June 4, 2014

    Panaragan, Tanah Para “Tapa” Menjunjung Adat

    Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com


    ilustrasi rumah panggung
    SIAPA pun tak bisa menduga, suatu saat daerah ini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Tulangbawang Barat. Inilah Panaragan: kampung masyarakat asli orang Lampung di daerah ini.

    Panaragan berdekatan dengan Pagardewa. Apalagi jika jembatan penghubung ke Pagardewa sudah terealisasi. Masyarakat pribumi di sini menyebut sebagai Tiyuh Tego atau kampung tiga. Tapi, ada juga yang menyebut Panaragan Pak Tiyuh: Panaragan empat kampung.

    Setiap menyebut Panaragan, tentu saja yang teringat adalah keluarga Bagir Manan, mantan Ketua Mahkamah Agung semasa 2001-2008. Pasalnya, Prof. Dr. Bagir Manan, SH, MCL juga terpilih sebagai Ketua Dewan Pers Indonesia untuk periode 2010-2013, orang tuanya berasal dari Panaragan sebelum berhijrah ke Kalibalangan, Lampung Utara.

    Orang tua Bagir Manan, yaitu Abdul Manan, memimpin warga Panaragan saat bedol desa dan menetap di Kalibalangan.

    Panaragan merupakan kampung tua yang ada di Tulangbawang—kini Tulangbawang Barat. Panaragan terdiri dari empat kampung: Panaragan, Bandardewa, Tanjung Agung, dan Menggala Emas. Di daerah ini, rumah-rumah panggung khas masyarakat pribumi Lampung masih dipertahankan. Meski dibanding Pagardewa, rumah tradisional itu sudah mulai berkurang.

    Sejak berpisah dari kabupaten induk yaitu Tulangbawang, daerah ini maju pesat. Terutama Panaragan, setelah masuknya transmigrasi ke wilayah ini, melahirkan desa baru yakni Panaragan Jaya.

    Sebuah peta Gedongratu bertitimangsa 1942 dan dibuat semasa kolonial Belanda, terdapat nama Panaragan di antara nama-nama kampung lainnya di sini. Dengan demikian, Panaragan sejatinya masuk dalam wilayah teritorial Gedongratu.

    Namun, pada masa sekarang daerah ini merupakan sebuah kecamatan, bernama Kecamatan Panaragan.

    Menurut Khoiri Runjungan Gelar Tuan Junjungan Marga, Panaragan berasal dari kata “panarag” atau “tarag”. Artinya, tapa atau semedi. Jadi, Panaragan adalah tempat bertapa atau bersemedi para nenekmoyang pada masa sebelum masuknya agama Islam.

    Panaragan dalam adat disebut “Panaragan Pak Tiyuh” yang berarti daerah ini terdiri dari empat kampung.

    Namun, sampai kini tak ada yang tahu siapa yang bertapa di Panaragan ini. Sehingga daerah ini dinamai Panaragan, bahkan apa hasilnya.

    Panaragan masuk dalam Marga Tegamongan, jelas Tuan Junjungan Marga. Marga Tegamongan ini dibangun oleh nenekmoyang Telunjuk. Sementara itu, moyang dari orang Panaragan adalah Minak Indah bin Rio Sanak.

    Dikatakan Khoiri, mantan anggota DPRD Tulangbawang dan salah satu konseptor lahirnya Kabupaten Tulangbawang Barat, apabila nenekmoyang orang Panaragan adalah Minak Indah, maka Minak Rio Mangkubumi merupakan nenekmoyangnya Bandar Dewa yang berkedudukan di Pagar Dewa. Kemudian yang kita kenal bahwa Minak Rio Mangkubumi ini mempunyai putra bernama Minak Pati Pejurit.

    Sebagai tempat bersemedi, peribumi Lampung di Panaragan mengaku berpegang teguh pada adat sampai kini. Adat dan budaya hidup sejalan dengan keseharian masyarakat setempat. Walaupun di antara orang Panaragan sudah menetap di daerah lain, semisal di Kalibalangan, Kotabumi, maupun daerah lainnya.

    Sebenarnya, menurut Khoiri Runjungan, daerah ini diusulkan sebagai Kabupaten Panaragan. Alasannya, daerah ini menjunjung tinggi keadatan dan sebagai daerah pertama pribumi Lampung di bagian barat Tulangbawang.

    Namun usulan itu gagal, meski akhirnya pusat pemerintahan Pemerintah Kabupaten Tulangbawnag Barat berada di Panaragan. Kabupaten ini kemudian dipimpin Bachtiar Basra-Umar Ahmad hingga 2 Juni 2014, karena Bupati Tubabar dilantik sebagai Wakil Gubernur Lampung. Sementara Umar Ahmad dipastikan menjadi Bupati Tubabar.

    Panaragan kini terus merias diri. Daerah ini selangkah lebih maju dibanding daerah-daerah lain di Kabupaten Tulangbawang Barat. Rumah-rumah penduduk ditegakkan. Jalan diperlebar. Inilah

    Daerah ini juga memiliki potensi objek wisata, khususnya religi. Salah satunya Makam Minak Indah atau lebih dikenal Keramat Gemol. (Kisah Keramat Gemol akan diturunkan suatu saat).

    Sebagaimana pula Pagardewa, seperti dituturkan Khoiri Runjungan, Panaragan memang ditempati para orang sakti. Salah satunya Minak Indah bin Rio Sanak, yang diyakini adalah poyangnya orang Panaragan. Minak Indah memang terkenal sakti.

    Minak Indah, karena sombong dan melanggar adat, kemudian ditakdirkan tewas oleh sebuah pedang.

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Panaragan, Tanah Para “Tapa” Menjunjung Adat Rating: 5 Reviewed By: r3nc0n9
    Scroll to Top