Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com
Diskusi puisi: Yuli, Fitri, dipandu Ari Pahala (teraslampung.com |
Bandarlampung—Dua penyair perempuan asal Lampung, Yuli Nugarahani dan Fitri Yani, mengaku dalam proses kreatifnya berangkat dari tradisi lokal. Tradisi lokal itu, selain dari pengalaman di kampung semasa keil yang masih hidup tradisinya, juga tradisi lisan yang mengental dalam masyarakat tradisi.
Hal itu terungkap dalam pemaparan proses kreatif kedua penyair dalam diskusi sekait pelunuran buku puisi Suluh (dwibahasa: Lampung-Indonsia) karya Fitri Yani (28), dan Pembatas Buku karya Yuli Nugrahani (40) di UKMBS Universitas Lampung, Kamis (22/5) pukul 20.00-23.00 WIB.
Yuli Nugrahani mengatakan, ia lahir dari lingkungan tradisi Jawa—ia lahir di Kediri, 9 Juli 1974—di mana ibunya adalah guru SD. Sejak kecil sang ibu sudah menanamkan gemar membaca pada Yuli Nugrahani. Selain itu, kata Yuli, tradisi lisan yaitu dongeng, juga menjadi “makanan” sehari-hari yang “dimamahkan” oleh ibunya.
Tradisi lokal dan gemar membaca serta mendongeng, tutur Yuli, telah membentuk pribadinya. Ditambah lagi, pengalaman-pengalaman di luar yang dia peroleh. Pada tahun 2000, sebab mengikut sang suami, ia menetap di Lampung.
Dari daerah ini, masih kata Yuli, transpormasi budaya—juga tradisi—yang berkembang ikut memengaruhi dirinya. “Saya mulai belajar dan menghayati budaya yang ada di sini. Mungkin ada yang bisa memengaruhi karya-karya saya saat ini, atau barangkali pada karya saya berikutnya,” kata dia.
Sementara Fitri Yani mengaku, puisi-puisi dalam Suluh ia tulis sengaja dalam bahasa Lampung (Krui atau Lampung Barat), karena ia kelahiran Liwa, Lampung Barat.
Dia mencontohkan, ninabobo dalam tradisi Lampung Barat sangat memengaruhi perjalanan hidupnya, lalu ikut mewarnai dalam beberapa puisinya. Kemudian ihwal kabut dan dingin yang menerpa lingkungannya semasa di Liwa, demikian mengental dalam dirinya.
“Tradisi dalam masyarakat dan lingkungan masyarakat Lampung di Liwa atau Krui, turut memengaruhi ke dalam proses puisi saya di Suluh ini,” jelasnya.
Diskusi dan peluncuran buku kedua penyair perempuan ini, dihadiri para seniman dan komunitas seni di daerah ini. Para sastrawan yang hadir, antara lain Dana E. Rahmat, Syaiful Irba Tanpaka, Edy Samudra Kertagama, Udo Z. Karzi, Alexander GB, Yulizar Fadli, Iin Muthmainah, Ivan Sumantri Bonang, Sandy, Alya Salaisha (Bekasi), Tri Sujarwo, UKMBS Unila, dan lain-lain.
0 comments:
Post a Comment