Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com
Bandarlampung—Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) digagas pertama kali di Medan untuk menjaga keseragaman semangat dan ruh penyair di kawasan negara serumpun Nusantara.
Hal itu diungkapkan Fakhrunnas MA Jabbar, salah satu peserta yang ikut menubuhkan PPN agar sinambung di Medan, yang dihubungi melalui telepon, Selasa (27/5) pukul 22.10.
Dikatakan sastrawan asal Riau ini, PPN merupakan event sastra yang berjalan lancar, berkembang cepat dan berkesinambungan sejak digelar pertama kali di kota Medan. “
Sesuai awal kelahirannya, PPN dimaksudkan sebagai ajang pertemuan para penyair di kawasan negara serumpun nusantara,” katanya.
Dia mengatakan, kita patut bersyukur, gerakan dan kegiatan PPN masih dapat dipertahankan melalui penyelenggaraan bergiliran antarkota dan antarnegara. Untuk menjaga keseragaman semangat dan ruh, pada PPN di Medan ditubuhkan Tim Koordinator/ Kurator Tetap di masing-masing negara.
“Indonesia menempatkan beberapa orang yang dipandang dapat mewakili pulau-pulau besar. Selanjutnya bagi kota/negara tuan rumah biasanya dibentuk Tim Ad Hoc (sementara) agar sinkron dalam penyelenggaraannya,” jelasnya.
Fakhrunnas menyebut tim koordinatir/kurator tetap di masingpmasing negara itu, antara lain Fakhrunnas MA Jabbar untuk Riau, Kepulauwan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Lalu Isbedy Stiawan ZS untuk wilayah Lampung, Sumatera SeLatan, Bangka Belitung, dan Jambi. Kemudian Ahmadun Yosi Herfanda bagi wilayah/kota Jakarta, Jawa, dan Indonesia bagian Timur.
“Namun, dalam penyelenggaraan PPN dari waktu ke waktu terkesan hanya bersifat auto pilot. Tim Kurator tidak lagi dilibatkan secara penuh dalam menetapkan tema acara, para pemakalah dan penetapan calon-calon penyair yang diundang,” tegas Fakhrunnas.
Padahal, katanya lagi, apabila Tim Kurator tidak lagi diperlukan sebaiknya diputuskan dalam forum lengkap sehingga Tim Kurator Tetap yang sudah ditetapkan dulu dinyatakan sudah bubar.
Selanjutnya, dia menambahkan, apakah Tim Kurator dibentuk baru dalam setiap event PPN atau melalui format baru yang dapat dibahas secara lebih intens.
Lebih jauh Fakhrunnas menilai, secara umum PPN ini sangat bermanfaat dalam menyemarakkan aktivitas perpuisian di kawasan Nusantara. Oleh sebab itu, ucap dia, forum ini diharapkan dapat mempertemukan para penyair lintas generasi dengan kriteria yang dapat sama-sama disepakati.
“Dengam demikian, tak ada penyair yang merasa ditinggalkan atau diistimewakan.”
Bagi Fakhrunnas, kreativitas dan kualitas karyalah yang harus dikedepankan. PPN harus menjadi ajang pertemuan kreatif dan bukan sekadar silaturahim atau kumpul-kumpul yang tidak mengutamakan karya kreatif yang dilahirkan.
Fakhrunnas MA Jabbar |
Hal itu diungkapkan Fakhrunnas MA Jabbar, salah satu peserta yang ikut menubuhkan PPN agar sinambung di Medan, yang dihubungi melalui telepon, Selasa (27/5) pukul 22.10.
Dikatakan sastrawan asal Riau ini, PPN merupakan event sastra yang berjalan lancar, berkembang cepat dan berkesinambungan sejak digelar pertama kali di kota Medan. “
Sesuai awal kelahirannya, PPN dimaksudkan sebagai ajang pertemuan para penyair di kawasan negara serumpun nusantara,” katanya.
Dia mengatakan, kita patut bersyukur, gerakan dan kegiatan PPN masih dapat dipertahankan melalui penyelenggaraan bergiliran antarkota dan antarnegara. Untuk menjaga keseragaman semangat dan ruh, pada PPN di Medan ditubuhkan Tim Koordinator/ Kurator Tetap di masing-masing negara.
“Indonesia menempatkan beberapa orang yang dipandang dapat mewakili pulau-pulau besar. Selanjutnya bagi kota/negara tuan rumah biasanya dibentuk Tim Ad Hoc (sementara) agar sinkron dalam penyelenggaraannya,” jelasnya.
Fakhrunnas menyebut tim koordinatir/kurator tetap di masingpmasing negara itu, antara lain Fakhrunnas MA Jabbar untuk Riau, Kepulauwan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Lalu Isbedy Stiawan ZS untuk wilayah Lampung, Sumatera SeLatan, Bangka Belitung, dan Jambi. Kemudian Ahmadun Yosi Herfanda bagi wilayah/kota Jakarta, Jawa, dan Indonesia bagian Timur.
“Namun, dalam penyelenggaraan PPN dari waktu ke waktu terkesan hanya bersifat auto pilot. Tim Kurator tidak lagi dilibatkan secara penuh dalam menetapkan tema acara, para pemakalah dan penetapan calon-calon penyair yang diundang,” tegas Fakhrunnas.
Padahal, katanya lagi, apabila Tim Kurator tidak lagi diperlukan sebaiknya diputuskan dalam forum lengkap sehingga Tim Kurator Tetap yang sudah ditetapkan dulu dinyatakan sudah bubar.
Selanjutnya, dia menambahkan, apakah Tim Kurator dibentuk baru dalam setiap event PPN atau melalui format baru yang dapat dibahas secara lebih intens.
Lebih jauh Fakhrunnas menilai, secara umum PPN ini sangat bermanfaat dalam menyemarakkan aktivitas perpuisian di kawasan Nusantara. Oleh sebab itu, ucap dia, forum ini diharapkan dapat mempertemukan para penyair lintas generasi dengan kriteria yang dapat sama-sama disepakati.
“Dengam demikian, tak ada penyair yang merasa ditinggalkan atau diistimewakan.”
Bagi Fakhrunnas, kreativitas dan kualitas karyalah yang harus dikedepankan. PPN harus menjadi ajang pertemuan kreatif dan bukan sekadar silaturahim atau kumpul-kumpul yang tidak mengutamakan karya kreatif yang dilahirkan.
0 comments:
Post a Comment