JAKARTA, Teraslampung.com - Dukungan untuk pasangan Capres dan Cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dikabarkan di wilayah 'tapal kuda dan Madura. Tapal kuda adalah wilayah di Jawa Timur yang terdiri atas Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.
"Di tapal kuda apalagi Madura, Prabowo yang kuat. Ini karena figur Prabowo. Prabowo dianggap calon yang cerdas, punya kemampuan, dan itu bersinergi dengan kriteria capres yang diharapkan masyarakat tapal kuda dan Madura," kata Direktur Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Universitas Airlangga, Muhammad Asfar saat dihubungi ponselnya, di Surabaya, Rabu (28/5).
Asfar menjelaskan faktor kedua menguatnya Prabowo ini adalah munculnya isu latar belakang Jokowi, di antaranya isu sosial keagamaan. Faktor ketiga, sebagian kiai dan ulama berpengaruh di Jawa Timur mendukung Prabowo.
Menurut Asfar, hal itu menyebabkan sebagian warga NU memilih untuk mengikuti apa yang didukung kiai. Soal PKB, Asfar mengatakan pemilihan umum legislatif beda dengan pemilu presiden.
"Apalagi, sebagian warga NU melihat sosok Mahfud MD yang menjadi Ketua tim pemenangan Prabowo sebagai acuan," kata dia.
Asfar mengatakan isu pelanggaran hak asasi manusia yang menghantam Prabowo tak akan banyak berpengaruh terhadap pilihan masyarakat di daerah tapak kuda dan Madura.
"Isu itu sudah muncul sejak puluhan tahun lalu. Jadi itu bukan isu baru yang membuat orang bisa berubah pilihan. Beda dengan Jokowi. Jika ada isu baru, orang bisa berubah pilihan," kata Asfar.
Asfar menilai kekuatan Prabowo dan Jokowi relatif berimbang. "Tinggal strategi terakhir yang menentukan, apakah Prabowo atau Jokowi yang menang. Terutama, partai mana yang bisa mengefektifkan mesin politiknya, Juga seberapa efektif kedua kandidat menggerakkan dan menjaga tim relawan di tingkat akar rumput. Sejumlah tokoh yang masuk ke tim pemenangan masing-masing capres memang memiliki massa masing-masing," ujarnya.
"Di tapal kuda apalagi Madura, Prabowo yang kuat. Ini karena figur Prabowo. Prabowo dianggap calon yang cerdas, punya kemampuan, dan itu bersinergi dengan kriteria capres yang diharapkan masyarakat tapal kuda dan Madura," kata Direktur Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Universitas Airlangga, Muhammad Asfar saat dihubungi ponselnya, di Surabaya, Rabu (28/5).
Asfar menjelaskan faktor kedua menguatnya Prabowo ini adalah munculnya isu latar belakang Jokowi, di antaranya isu sosial keagamaan. Faktor ketiga, sebagian kiai dan ulama berpengaruh di Jawa Timur mendukung Prabowo.
Menurut Asfar, hal itu menyebabkan sebagian warga NU memilih untuk mengikuti apa yang didukung kiai. Soal PKB, Asfar mengatakan pemilihan umum legislatif beda dengan pemilu presiden.
"Apalagi, sebagian warga NU melihat sosok Mahfud MD yang menjadi Ketua tim pemenangan Prabowo sebagai acuan," kata dia.
Asfar mengatakan isu pelanggaran hak asasi manusia yang menghantam Prabowo tak akan banyak berpengaruh terhadap pilihan masyarakat di daerah tapak kuda dan Madura.
"Isu itu sudah muncul sejak puluhan tahun lalu. Jadi itu bukan isu baru yang membuat orang bisa berubah pilihan. Beda dengan Jokowi. Jika ada isu baru, orang bisa berubah pilihan," kata Asfar.
Asfar menilai kekuatan Prabowo dan Jokowi relatif berimbang. "Tinggal strategi terakhir yang menentukan, apakah Prabowo atau Jokowi yang menang. Terutama, partai mana yang bisa mengefektifkan mesin politiknya, Juga seberapa efektif kedua kandidat menggerakkan dan menjaga tim relawan di tingkat akar rumput. Sejumlah tokoh yang masuk ke tim pemenangan masing-masing capres memang memiliki massa masing-masing," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment