Endang Supriadi (kanan). Foto: infosastra.com |
Hadir dalam peluncuran itu sejumlah sastrawan seperti Sihar Ramses Simatupang, Dianing Widya, Badri AQT, Mustafa Ismail, Eddy Pramduane, Rara Gendis, dan Pudwianto Arisanto. Prosesi peluncuran ditandai dengan penyerahan buku itu sebagai kado untuk istri Endang.
“Ini bertepatan dengan ulang tahun istriku,” kata penulis kelahiran Bogor, 1 Agustus 1960 itu, di sela-sela acara peluncuran itu.
Sejumlah pegiat sastra yang hadir menilai peluncuran itu sebagai sesuatu yang unik. Pasalnya, selama ini peluncuran buku sastra dilakukan di gedung atau kantong-kantong budaya.
“Peluncuran di rumah itu ide Badri,” ujar Endang, yang disambut anggukan Badri. Badri, yang bertindak sebagai penerbit lewat Q Publishing, meskipun dana terbatas, ia mendorong agar buku itu diluncurkan. Lalu, Endang mengontak sejumlah teman lewat SMS dan facebook. Maka berkumpulkan sejumlah sastrawan di rumah yang suasana lingkungannya mirip di kawasan Puncak itu.
“Ini sekaligus reuni kecil-kecilan,” tutur Endang lagi.
Dalam acara yang diwarnai obrolan tentang berbagai isu di dunia sastra itu kemudian muncul ide untuk melembagakan peluncuran semacam ini lewat “arisan sastra”. Siapa yang punya buku baru bisa meluncurkan buku itu di rumahnya. “Keuntungannya para istri penyair bisa saling kenal, anak-anaknya juga bisa bermain bersama dan tahu kreatifitas yang dilakukan orangtuanya. Itu sangat positif dan membanggakan,” tulis Endang kemudian di akun Facebooknya.
Mustafa Ismail menilai peluncuran di gedung dan kantong-kantong sastra memang tidak lagi menarik. “Akan lebih nyata dampaknya jika peluncuran buku sastra itu dilakukan di tengah-tengah masyarakat,” ujar penulis sastra asal Aceh itu.
Menurut dia, peluncuran di rumah memang lebih merekatkan silaturahmi bukan hanya antar sastrawan, tapi juga dengan keluarganya.
“Jadi siapa punya buku baru, mari luncurkan di rumah masing-masing.”
Sumber: infosastra.com
0 comments:
Post a Comment