Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com
Bandarlampung—Hari ke empat, Rabu (21/5) malam, pengunjung Lampung Fair V masih memebeludak. Seluruh pintu masuk dengan tiket seharga Rp5 ribu dipadati warga Bandarlampung dan sekitar. Di pintu masuk utama Jalan Gedung Sumpah Pemuda harus berjejalan. Beruntung petugas keamanan yang selalu siaga, dapat mengatur pengunjung agar antre.
Di tiap titik sekitar kawasan PKOR Way Halim, Bandarlampung, tersedia jasa parkir. Meski biaya parkir dinilai banyak pengunjung terbilang mahal, area parkir yang dikelaola “swasta” tetap padat.
Selain pemerintah kabupaten/kota dan provinsi memamerkan hasil pembangunan dan memberi pelayanan gratis/murah kepada masyarakat, berbagai perusahaan swasta juga turut berpartisipasi dalam Lampung Fair V yang ditaja sejak 17 Mei hingga 27 Mei 2014.
Kabupaten terbaru Pesisir Barat juga tak mau ketinggalan. Walaupun stand kabupaten yang dipimpin Kherlani tak banyak memamerkan produk dan hasil pembangunan yang telah dicapainya.
Sebagai kabupaten baru, kata seorang pengunjung di stand Pesisir Barat, setidaknya mereka sudah bisa berparisipasi. “Hasil pembangunan di sini, sepertinya masih hasil yang dicapai Lampung Barat,” katanya.
Dikatakan warga Bandarlampung asal Krui itu, sebenarnya Pesisir Barat memiliki banyak potensi. Terutama keindahan pantainya, makanan khas daerah ini, dan sumber alamnya seperti pasir besi. “Kalau pemerintah serius mengelolanya, niscaya kabupaten ini cepat maju,” ujar Iwan, warga Kedaton, Rabu (21/5) malam.
Dia mengunjungi stand Kabupaten Pesisir Barat ingin membeli pendap, makanan khas dari Krui. Pendap sejenis botok, terbuat dari kelapa parut dicampur ikan dan bumbu masak. Kemudian dibungkus dengan daunt alas dan daun pisang, setelah itu direbus.
Pendap disukai oleh masyarakat asal Krui. Sebenarnya makanan sebagai lauk makan ini juga dikenal oleh masyarakat Bengkulu. Bagi warga Bengkulu, makanan tradisional ini disebut “pandap”.
“Tetapi, pendap ada di stand Lampung Barat,” katanya menirukan ucapan salah satu petugas di stand Pesisir Barat. “Kok bisa begitu ya?”
Pengunjung lain mengeluhkan area parkir yang cenderung asal-asalnya. Sepertinya, warga setempat memanfaatkan Lampung Fair untuk mencari uang. Sehingga setiap ada lahan kosong, biarpun sempit, dijadikan area parkir. Para juru parkir “swasta” itu berlomba menawarkan lahan parkir.
“Saya jadi ragu. Kalau benar mereka juru parkir, kalau bukan bisa-bisa motor kita hilang,” kata Yanti, warga Telukbetung.
Dia berharap pengelola Lampung Fair ke depannya, bisa menertibkan para juru parkir ini. “Setidaknya ada tanda pengenal agar tidak timbul juru parkir gadungan. Selain itu, harga parkir jangan mahal dong, ini kan bagian dari hiburan rakyat,” kata Yanti yang datang bersama rekan-rekannya.
Hal sama dikatakan Wawan dari Kalianda. Wawan meminta petugas keamanan juga sesekali mengontrol juru parkir dan area perparkiran motor yang agak jauh dari kawasan PKOR Way Halim, sehingga tindakan kejahatan sekecil apa pun segera terdekteksi. “Misalnya tempar parkir di jalur dua Sultan Agung atau di belakang PKOR atau di perumahan Way Halaim, itu banyak jasa parkirnya yang dikelola warga.”
Layanan gratis dan murah
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung memberi pelayanan periksa tensi dan golongan darah. Stand Unila ini berada dalam tenda berpendingin (AC). Di tenda besar dan panjang ini terdapat stand Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek, Dinas Pendapatan Daerah Lampung, BPJS, dan lain-lain.
Untuk periksa tensi, stand Fakultas Kedoteran Unila tidak memungut biaya. Sedangkan untuk mengetahui golongan darah, dikenai biaya Rp5 ribu. Pengunjung tampak memadati stand yang dijaga mahasiswi calon dokter.
Di dalam tenda ini, sedikitnya tujuh stand tidak terisi. Stand-stand yang kosong hingga hari keempat ini, berada di sebelah stand RS Abdoel Moeloek atau depan BPJS dan Dispenda Lampung.
Satu panggung hiburan senibudaya
Lampung Fair V hanya menyediakan satu panggung hiburan senibudaya. Panggung utama ini tempat peresmian Lampung Fair V yang dihadiri Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan bupati/walikota se Lampung, Sabtu (17/5) malam.
Panggung hiburan ini selama berlangsung Lampung Fair V di sini dengan pertunjukan senibudaya, seperti tari, drama dari para pelajar, musik, dan kesenian tradisional.
Panggung hiburan yang dipersembahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung belum mampu menyihir pengunjung. “Panggung hiburan itu masih dlihat selintas oleh masyarakat, sambil jalan menuju tempat lain,” kata Ijal, yang ditemui di dekat panggung hiburan.
Pengunjung anjungan Lampung Barat |
Di tiap titik sekitar kawasan PKOR Way Halim, Bandarlampung, tersedia jasa parkir. Meski biaya parkir dinilai banyak pengunjung terbilang mahal, area parkir yang dikelaola “swasta” tetap padat.
Selain pemerintah kabupaten/kota dan provinsi memamerkan hasil pembangunan dan memberi pelayanan gratis/murah kepada masyarakat, berbagai perusahaan swasta juga turut berpartisipasi dalam Lampung Fair V yang ditaja sejak 17 Mei hingga 27 Mei 2014.
Kabupaten terbaru Pesisir Barat juga tak mau ketinggalan. Walaupun stand kabupaten yang dipimpin Kherlani tak banyak memamerkan produk dan hasil pembangunan yang telah dicapainya.
Sebagai kabupaten baru, kata seorang pengunjung di stand Pesisir Barat, setidaknya mereka sudah bisa berparisipasi. “Hasil pembangunan di sini, sepertinya masih hasil yang dicapai Lampung Barat,” katanya.
Dikatakan warga Bandarlampung asal Krui itu, sebenarnya Pesisir Barat memiliki banyak potensi. Terutama keindahan pantainya, makanan khas daerah ini, dan sumber alamnya seperti pasir besi. “Kalau pemerintah serius mengelolanya, niscaya kabupaten ini cepat maju,” ujar Iwan, warga Kedaton, Rabu (21/5) malam.
Pertunjukan tari di panggung hiburan |
Pendap disukai oleh masyarakat asal Krui. Sebenarnya makanan sebagai lauk makan ini juga dikenal oleh masyarakat Bengkulu. Bagi warga Bengkulu, makanan tradisional ini disebut “pandap”.
“Tetapi, pendap ada di stand Lampung Barat,” katanya menirukan ucapan salah satu petugas di stand Pesisir Barat. “Kok bisa begitu ya?”
Pengunjung lain mengeluhkan area parkir yang cenderung asal-asalnya. Sepertinya, warga setempat memanfaatkan Lampung Fair untuk mencari uang. Sehingga setiap ada lahan kosong, biarpun sempit, dijadikan area parkir. Para juru parkir “swasta” itu berlomba menawarkan lahan parkir.
“Saya jadi ragu. Kalau benar mereka juru parkir, kalau bukan bisa-bisa motor kita hilang,” kata Yanti, warga Telukbetung.
Dia berharap pengelola Lampung Fair ke depannya, bisa menertibkan para juru parkir ini. “Setidaknya ada tanda pengenal agar tidak timbul juru parkir gadungan. Selain itu, harga parkir jangan mahal dong, ini kan bagian dari hiburan rakyat,” kata Yanti yang datang bersama rekan-rekannya.
Hal sama dikatakan Wawan dari Kalianda. Wawan meminta petugas keamanan juga sesekali mengontrol juru parkir dan area perparkiran motor yang agak jauh dari kawasan PKOR Way Halim, sehingga tindakan kejahatan sekecil apa pun segera terdekteksi. “Misalnya tempar parkir di jalur dua Sultan Agung atau di belakang PKOR atau di perumahan Way Halaim, itu banyak jasa parkirnya yang dikelola warga.”
Layanan gratis dan murah
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung memberi pelayanan periksa tensi dan golongan darah. Stand Unila ini berada dalam tenda berpendingin (AC). Di tenda besar dan panjang ini terdapat stand Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek, Dinas Pendapatan Daerah Lampung, BPJS, dan lain-lain.
Untuk periksa tensi, stand Fakultas Kedoteran Unila tidak memungut biaya. Sedangkan untuk mengetahui golongan darah, dikenai biaya Rp5 ribu. Pengunjung tampak memadati stand yang dijaga mahasiswi calon dokter.
Di dalam tenda ini, sedikitnya tujuh stand tidak terisi. Stand-stand yang kosong hingga hari keempat ini, berada di sebelah stand RS Abdoel Moeloek atau depan BPJS dan Dispenda Lampung.
Satu panggung hiburan senibudaya
Lampung Fair V hanya menyediakan satu panggung hiburan senibudaya. Panggung utama ini tempat peresmian Lampung Fair V yang dihadiri Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan bupati/walikota se Lampung, Sabtu (17/5) malam.
Panggung hiburan ini selama berlangsung Lampung Fair V di sini dengan pertunjukan senibudaya, seperti tari, drama dari para pelajar, musik, dan kesenian tradisional.
Panggung hiburan yang dipersembahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung belum mampu menyihir pengunjung. “Panggung hiburan itu masih dlihat selintas oleh masyarakat, sambil jalan menuju tempat lain,” kata Ijal, yang ditemui di dekat panggung hiburan.
0 comments:
Post a Comment