728x90 AdSpace

  • Berita Terkini

    Tuesday, February 11, 2014

    Surono Danu, "Dokter Benih" dari Desa Nambah Dadi

    Surono Danu (teras/oyosshn)
    TERBANGGI BESAR--Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung hanyalah desa pertanian biasa. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani padi. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, desa yang didirikan oleh para transmigran asal Pulau Jawa itu menjadi sangat terkenal. Sebab, dari desa itulah lahir benih padi lokal unggul yang kini mulai dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia.

    Benih padi unggul itu ditemukan oleh Surono Danu, 66 tahun, seorang petani sekaligus peneliti padi asal Desa Nambah Dadi.

    Surono menemukan benih padi unggul lokal setelah lebih dari 20 tahun melakukan penelitian dengan biaya sendiri. Usaha keras Surono berawal dari keprihatinnya melihat nasib petani yang produksinya stagnan. Selain itu, kegigihannya menemukan padi unggul lokal juga disemangati oleh niat untuk menyelamatkan padi unggul lokal dari kepunahan.

    ”Lama-kelamaan padi unggul lokal akan punah jika tidak dikembangkan,” kata Surono.

    Untuk mendapatkan benih padi unggul, pada 1982 Surono kemudian berkeliling Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu untuk mengumpulkan benih padi unggul lokal. Akhirnya terkumpullah 183 jenis benih padi lokal. Setelah dilakukan serangkaian percobaan, hasilnya hanya varietas Dayang Rindu sebagai pejantan dan varietas Sirendah Sekam Putih dan Sirendah Sekam Kuning untuk betina yang mampu menunjukkan kualitas lebih baik.

    Surono memilih padi Sirendah Sekam Putih  dan Sirendah Sekam Kuning yang baunya wangi dan induk jantan dari Dayang Rindu (produksi tinggi) untuk terus diteliti. Pada 1985 Surono mulau melakukan uji coba penyilangan. Pada 1986 penyelingan menunjukkan hasil. Namun, umur padi unggul hasil persilangan itu belum begitu memuaskan. Dari tanam hingga panen, usianya masih sama dengan varietas-varietas lainnya yaitu 150 hari. Baru setelah 10 tahun dilakukan uji coba secara terus-menerus terhadap varietas Sertani-1, umur panen bisa berkurang yakni dari 150 hari menjadi 105 hari.

    ”Meskipun berumur pendek, kualitasnya tetap sama. Selain itu Sertani-1 bisa tahan terhadap sawah yang selalu kekurangan air. Yang membuat saya senang jumlah malai (bulir padi pada tangkai padi) jauh lebih banyak dari varietas lainnya, yaitu bisa mencapai 400 butir lebih,'' papar Surono.

    Selain Sertani-1, Surono bersama-sama komunitas petani Lampung yang tergabung dalam Serikat Tani Indonesia (Sertani) kini sedang mengembangkan bibit unggul lainnya bernama Emespe. Emespe kependekan dari Mari Sejahterakan Petani. Penelitian dan pengembangan padi unggul itu dilakukan di rumah geribik Surono Danu dan di ”laboratorium” yang terletak di sebuah areal sawah di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

    Sama seperti Sertani-1, bibit padi unggul Emespe juga didedikasikan oleh Surono dan komunitas Sertani Lampung untuk para petani di seluruh Indonesia. Lewat jaringan kelompok tani dan persatuan petani padi di seluruh Indonesia, padi Sertani-1 dan Emespe kini mulai ditanam petani di berbagai daerah di Indonesia.

    ”Sertani-1 cocok untuk lahan kering, sementara Emespe cocok untuk lahan yang banyak air. Artinya, Sertani-1 sangat cocok ditanam di daerah yang selama ini kekurangan air. Jadi, petani tak perlu khawatir lagi menanam padi pada saat musim kemarau,” kata Anang Prihantono, ketua umum Sertani.

    Satu hektare tanaman padi Sertani-1 mampu memproduksi gabah hingga 14 ton. Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya. Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.

    Satu hektare benih Sertani-1 hanya membutuhkan paling banyak lima kwintal pupuk. Yang lebih penting lagi, Sertani-1 tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus. Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik.

    ”Benih Sertani 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Saya mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan padi ini untuk menjadi benih unggul dalam mendongkrak produksi padi nasional," harap Surono. (Oyos Saroso HN)

    Baca juga: Hasil Penemuan Surono Menyebar ke Seluruh Indonesia
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Surono Danu, "Dokter Benih" dari Desa Nambah Dadi Rating: 5 Reviewed By: r3nc0n9
    Scroll to Top