Isbedy Stiawan ZS, Mas Bowo/Teraslampung.Com
Simpang jembatanTerbanggi pada 21/02 (isb) |
Sejak kerusakan jembatan Terbanggi akibat tak kuat menahan beban kendaraan, telah dimanfaatkan warga setempat menarik retribusi ilegal kepada pengendara yang melintas di sana. Lintas tengah Sumatera ini merupakan jalan antarkota-antarprovinsi.
Warga meminta kepada pengguna jalan pengendara yang lewat kampung tua Terbanggi, antara Rp2 ribu hingga Rp25 ribu. “Semula mereka yang dijuluki 'Pak Ogah' hanya meminta seikhlasnya kepada pengendara, tapi belakangan dibarengi ancaman,” kata Okta Wijaya, warga Branti yang baru melintas di Terbanggi, Jumat (28/02) sore.
Okta menambahkan, para preman itu tak segan-segan menodong pengendara yang melewati kampung tua Terbanggi. Dia menyesalkan pihak kepolisian yang berada di sana tidak berkutik melihat aksi premanisme. “Jangan-jangan polisi mendapat bagian, makanya tidak mau tahu,” katanya.
Menurut Okta, para preman menarik uang kepada pengguna jalan dengan nilai bervariasi. Mobil pribadi dikenai Rp20 ribu, tetapi terkadang harus bayar Rp300 ribu. Mobil box minimal Rp50 ribu, dan ditambah Rp20 ribu dengan alasan untuk mengawal.
Retribusi ilegal lainnya, sebelum tikungan para pengendara mobil ditarik Rp2 ribu, di jembatan diminta Rp2 ribu, selepas jembatan ditarik lagi Rp2 ribu. Belum berhenti sampai di situ, pada tikungan pertama setelah jembatan para preman itu meminta Rp2 ribu, dan di tikungan kedua diminta oleh preman lainnya sebesar Rp10 ribu.
“Sampai di ujung jalan, eh diminta lagi Rp10 ribu. Bahkan, rata-rata pengguna jalan yang masuk di kampung tua Terbanggi, ditodong pula. Mereka sengaja membagi-bagi wilayah supaya dapat semua. Pengendara mobil hanya pasrah, karena kalau melawan bisa dikeroyok,” kata Okta.
Okta menilai mereka bukan lagi “Pak Ogah” yang ikhlas diberi uang berapapun untuk melancarkan arus lalu lintas. “Cara memintanya memaksa, dibarenagi ancaman dan menodong. Saya menyesalkan, pihak keamanan yang ada di situ seperti tutup mata.”
Warga lain yang melewati Terbanggi juga menyesalkan adanya premanisme. Karena itu, dia meminta Polda Lampung segera turun tangan menertibkan premanisme di sana. “Para preman itu sudah sangat meresahkan, main ancam dan todong,” kata Edi Kurniawan, warga Menggala, Tulangbawang.
Edi mengatakan, kalau malam hari para preman di situ semakin banyak. Mereka juga menjaga di jembatan yang rusak, yang biasa dilalui kendaraan roda dua. “\Kalau malam, pengendara motor juga diminta uang antara Rp5 ribu sampai Rp20 ribu,” katanya.
Maraknya premanisme di Terbanggi pasca-rusaknya jembatan di sana, tersebar sesama pemilik black berry messenger (BBM), berisi imbauan agar hati-hati melintasi Terbanggi, dan mendesak Kapolda Lampung agar menertibkan premanisme yang sangat meresahkan masyarakat, terutama pengguna jalan.
“Mohon sebarkan broadcas (BC) ini supaya keluarga kita aman. BC ini supaya kita hati-hati lewat Terbanggi,” dalam BC yang menyebar antarpengguna BBM.
0 comments:
Post a Comment