Kabut tebal dari Gunung Kelud, Selasa (11/2). Foto: Radio Andika |
Ritual sesaji Gunung Kelud taklepas dari sejarah yang terjadi pada masa Kerajaan Kadiri. Pada saat itu, putri Raja Kadiri, yaitu Dewi Kilisuci dilamar oleh 2 raja yang bukan dari bangsa manusia, Lembu Suro dan Mahesa Suro.
Namun dengan segala tipu dayanya, Dewi Kilisuci berhasil menghindari pinangan dari kedua raja tersebut. Atas kegagalan dan tipu daya Dewi Kilisuci itulah, Lembu Suro, salah satu raja yang tertipu, sempat mengucapkan kutukan kepada orang Kadiri. “Yoh wong Kadiri, mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping, yoiku Kadiri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung. (Ya, orang Kadiri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kadiri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung menjadi danau,” kutukan dari Lembu Suro pada saat tertipu oleh Dewi Kilisuci.
Sementara itu, karena usahaanya gagal mempersunting Dewi Kilisuci, putri Raja Kadiri, Lembu Suro dipenuhi oleh angkara murka. Sifat angkara murka itulah yang pada akhirnya membunuh Lembu Suro dengan cara dimasukkan ke dalam kawah Gunung Kelud oleh pasukan Kerajaan Majapahit yang memburunya.
Dari legenda ini, akhirnya masyarakat lereng Gunung Kelud melakukan sesaji sebagai tolak bala sumpah itu yang dise¬but ritual sesaji Gunung Kelud sejak tahun 2005 lalu. “Serta sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME atas hasil bumi yang melimpah serta keganasan Gunung Kelud yang setiap saat meletus mengelurkan erupsin¬ya,” ungkap Mbah Ronggo.
Tengara Musibah
Sementara itu, terkait den gan ritual sesaji yang digelar masyarakat lereng Gunung Kelud pada 2007 silam, tat¬kala ritual digelar, sesepuh Mbah Ronggo dalam ritualnya mendapati wangsit gaib. Yaitu berupa pesan terjadinya pertanda besar menyoal keberadaan Gunung Kelud yang terletak 40 kilometer dari kota Kediri yang memiliki keunikan di puncaknya, yakni berbentuk strato dengan danau kawah di tengahnya walaupun danau kawah itu saat ini telah berubah bentuk menjadi kubah lava.
Wangsit tersebut mengatakan, “Le, sing ati-ati arep liwat Danyang Gunung Kelud,” tutur Mbah Rong¬go mengenai pesan gaib yang merupakan pesan jika Gunung Kelud akan meletus.
Terbukti, tahun 2007 Gunung Kelud meletus dengan letusan terakhir bersifat efusif (mengalirkan material), berbeda dari latusan sebelumnya yang bersifat eksplosit (menyemburkan material). Akibat letusan itu danau kawah Gunung Kelud yang berwarna hijau berubah menjadi kubah lava yang mengalirkan material berwarna hitam dari dalam perut gunung. Keting¬gian kubah saat ini mencapai 250 meter dengan lebar sekitar 400 meter.
Sepanjang sejarahnya, gunung ini tercatat mengalami 29 kali letusan, baik eksplosif maupun efusif, mulai tahun 1000 sampai tahun 2007. Erupsi eksplosifnya mampu menghan¬curkan ratusan desa di seki¬tarnya, termasuk ribuan hektare lahan pertanian dan menewaskan ribuan warga. Sebagai gam¬baran, lima letusan terakhirnya saja memakan korban 5.400 jiwa.
Berdasarkan pengamatan letusan selama tiga abad berturut-turut, waktu istirahat terpanjang aktivitas dalam perut Gunung Kelud adalah 65-76 tahun, teta¬pi pernah pula hanya tiga tahun. Sejak letusan tahun 1901, waktu istirahat gunung itu menjadi lebih singkat, yaitu 15-31 tahun, bahkan pernah mencapai masa paling singkat, yaitu satu tahun.
Gunung Kelud (dok d'Arthur) |
Kelebihan lain, pembangunan wisata ini ditunjang dengan fasilitas jalan menuju ke kawasan yang beraspal hotmix sampai ke ujung terowongan menuju kawah. Hal ini memudahkan pengunjung yang ingin menjangkaunya dengan berbagai jenis kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, bah¬kan sepeda pancal.
Menurut Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Mujianto, terdapat tidak kurang dari 1.000 pengunjung pada hari libur. Pada saat diadakan kegiatan tertentu seperti ritual sesaji, jumlah pengunjung bisa menembus 10.000 orang dalam satu hari.
Oleh karena itulah momentum ritual sesaji yang dulu hanya upacara adat biasa sengaja dikemas cantik, sebagai pesona baru Gunung Kelud yang di¬harapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Sumber
0 comments:
Post a Comment