728x90 AdSpace

  • Berita Terkini

    Wednesday, March 26, 2014

    Pendekatan pada Batu Akik Versi Susan Melone

    Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com

    Susan Melone, istri Dirot Kadirah, dan pelukis Dirot Kadirah (teraslampung/isbedy)
    Tanjungbintang—Sebuah rumah berukuran besar dan megah, sangat berbeda dengan rumah-rumah lain di Desa Srikaton Gunung Batu, Tanjungbintang, Lampung Selatan.

    Itulah rumah Susan Melone, pengusaha batu akil yang namanya sudah cukup kondang di kalangan penggemar batu akik di Lampung.

    Rumah itu selalu diramaikan para pemburu batu akik,permata, dan batu-batu alam atau lebih dikenal suseki. Tamu yang datang bukan saja sesama pebisnis batu, tetapi juga pembeli dari pelbagai kalangan. Termasuk anggota Dewan dan pejabat.

    Meski rumah ini sudah tergolong besar, kalau tamu yang datang ramai, sepertinya ruang masih  terasa sempit. Itu sebabnya, pemilik rumah perlu membangun ruang khusus di bagian samping. “Ya, nanti kalau sudah cukup uangnya, baru dibangun,” kata isteri Susan Melone.

    Memang di sebelah rumah mentereng milik Susan Melone, sudah ada bangunan setengah jadi. Itulah bangunan yang kelak akan dijadikan ruang pertemuan para penyuka batu akik dan permata.

    Batu akk belum diberi cincin: sudah layak jual (teraslampung/Isbedy)
    Penghobi batu akik di Lampung, menurut Susan Melone, lumayan banyak. Apalagi, sejak diekspose bahwa daerah Tanjungbintang memiliki kandungan batu akik kelas dunia. Banyak orang berdatangan, baik dari Indonesia maupun luar negeri.

    “Terutama mereka mencari batu akik jenis bungur, kinyang air, dan lainnya,” kata Susan, Selasa (26/3) petang.

    Dari pengalaman selama ini, Susan membagi dua pendekatan terhadap batu akik ini. Pertama adalah pendekatan aura. “Yaitu batu-batu Kristal. Mereka menyukai dengan pendekatan ini, hanya untuk menghias jari. Artinya, tidak untuk ‘pengasih’ atau apapun,” jelas Susan Melone.

    Pendekatan pada aura, lanjut Susan, bisanya mereka yang mengejar kemewahan. Kemewahan dalam arti, batu akiknya mencolok, indah dipandang, dan sebagainya.

    Suiseki: harganya sangat mahal.
    Lalu kedua adalah pendekatan mistik. Nah, untuk pendekatan yang mistik ini adalah baatu-batu bergambar. Mislanya, gambar harimau, bulan, kelinci, dan abstrak sekalipun. “Untuk pendekata mistik, bisanya tergantung dari keyakinan atau ideology seseorang,” katanya lagi.

    Dia mencontohkan, orang yang sangat menyukai zodiaknya, dia akan memburu batu-batu bergambar yang kira-kira menyerupai dengan zodiaknya, dan seterusnya. 

    “Pendekatan mistik ini, acap batu akik lalu diberi pengasih (aji-aji, Red),” imbuh Susan.

    Soal kualitas batu akik, Susan membagi dalam enam kategori dengan urutan kualitas. Yaitu, (1) Bungur dari Tanjungbintang, (2) Kalimaya hitam/black oval (Banten), (3) Hijau (Garut), (4) Bacan Palameya (NTB), (5) Biru langit (Baturaja), dan (6) Giok (Aceh).

    Sedangkan puncak dari batu, jelas Susan, adalah batu alami (suiseki). "Suiseki paling tinggi nilainya, dan harganya mahal," kata dia.

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Pendekatan pada Batu Akik Versi Susan Melone Rating: 5 Reviewed By: r3nc0n9
    Scroll to Top