Isbedy Stiawan ZS, Ferdi Gunsan/Teraslampung.Com
Sektor Pembamgkit Listrik Tarahan, Lampung Selatan. (teraslampung.com/isb) |
Biang masalah, yakni empat mesin di PLTU Tarahan dan PLTU Sibalang, kini sudah diatasi. PLTU Sibalang ketika dipantau, Sabtu (8/3/2014) petang, tak ada asap yang keluar dari cerobong tinggi sebagai indikasi tidak produksi namun kini sudah beroperasi.
“Ya, saya juga dapat informasi begitu. Dua mesin di PLTU Tarahan yang rusak dan overhaul, satu unitnya sudan diperbaiki. Begitu pula PLTU Sibalang yang selama ini tidak aktif, sudah produksi,” jelas Budi Agustian, ketua AKKLINDO (Asosiasi Kontraktor Kelistrikan Indonesia) Lampung, Selasa (18/3).
Budi yang ditemui di kantor AKKLINDO Jalan Way Abung, Pahoman, Bandarlampung, mengapresiasi kinerja PT PLN Pembangkit Sumbagsel yang tanggap terhadap keluhan masyarakat Lampung. Padahal, janji PLN baru April 2014 pelistrikan di Lampung benar-benar normal.
“Tapi, kenyataannya lebih cepat dari perkiraan,” kata dia.
Ketua AKKLINDO Lampung tetap berharap pada PLN agar transparan. Misalnya, dia menyebut, perlu adanya evaluasi bersama—PLN dan mitrakerja (stakeholder)—untuk proyek-proyek besar di PLN, baik di pembangkit, transmisi, maupun distribusi.
“Supaya tidak timpang antara keandalan mesin dengan energy listrik yang dikeluarkan,” tutup Budi.
Apresiasi buat PLN
Sejumlah warga yang ditemui membenarkan kalau beberapa hari belakangan inis udah tidak lagi mengalami pemadaman listrik bergilir. Padahal hampir satu bulan, tiada hari tanpa pemadaman.
“Malah sehari bisa dua kali mati. Apa tidak mengecewakan,” kata Ibu Fitri di Karang Anyar. “Katanya penyebab listrik sering mati, karena mesin pembangkit di Tarahan yang rusak.”
Hal sama diakui Heri. Warga Rawasubur, Enggal, Bandarlampung ini, mengetahui kalau persoalan di PLN Lampung selama ini pada mesin pembangkit. “Kalau sekarang sudah diperbaiki baguslah, apresasi tinggi umtuk kinerja PLN,” ujar Heri.
Tetapi, warga tetap belum yakin pada pihak PLN mampu member pelayanan kelistrikan yang maksimal kepada pelanggannya. Jangan-jangan, kata Heri, sifatnya hanya sementara untuk meredam kekesalan masyarakat.
“Siapa bisa menjamin mesin pembangkit yang ada di Tarahan dan Sibalang bisa bertahan hingga 5 atau 10 tahun kedepan. Tapi saya tetap mengharapkan, PLN terus menyala dan menyala terus,” harap Heri sambil mengutip salah satu iklan produk lampu.
Karena itu, kata Budi Agustian seperti dikutip Teraslampung.Com beberapa hari lalu, pihak PLN semestinya sudah berpikir bagaimana mengatasi kelistrikan saat mesin pembangkit rusak atau overhaul. “Bukan seperti selama ini, sehingga pemadaman bergilir dialami pelanggan yang selalu terjadi dan tidak berujung. Ini akan mengecewakan masyarakat,” katanya.
Sebagai ketua AKKLINDO Lampung, dia member apresiasi pada kinerja PLN yang cepat untuk keluar dari masalah ini. Sebab, jika berlaru-larut akan memicu kemarahan masyarakat. “Saya dengar, mesin pembangkit di PLTU Tarahan sudah diperbaiki, dan Sibalang sudah beroperasi,” terangnya.
Namun, apakah hanya di dua PLTU—Tarahan dan Sibalang—persoalan kelistrikan di Lampung dapat teratasi? Sementara, perlistrikan di daerah ini punya potensi menguntungkan, sekaligus menyimpan tantangan.
Sebuah tulisan bertajuk “Lampung: PeluangdanTantangannya” (http://optimus.pln.co.id/opi/index.php/catatan-pmo/70-lampung: peluang-dan-tantangannya), mengurai bahwa kelistrikan di Lampung sangat potensi. Lampung memiliki PLTU Tarahan, yang tidak saja didesain ramah lingkungan, juga kinerja pegawainya yang patut diacungi jempol. (baca “Lampung: Peluang danTantangannya”)
Hanya saja, kelistrikan di Bumi Ruwa Jurai ini tetap akan menghadapi tantangan amat besar. Karena itu, PLN perlu melakukan terobosan. Misalnya, perlu dipikirkan adalah jalur transmisi.
Terobosan ini, segara merealisasikan jalur transmi antara Gardu Induk Seputihbanyak dan GI Menggala. Satu-satunya dapat menolong saat terjadi maslaah seperti selama ini, interkoneksi dari gardu induk lain sangat mendukung.
Lantas, kenapa masalah jalur tranmisi dari Gardu Induk Seputih banyak ke Gardu Induk Menggala belum juga koneksi? Dari sumber di kalangan kontraktor kelistrikan di daerah ini, kendalanya adalah SUTT (Saluran Udara Tekanan Tinggi) yang melintasi kawasan PT Sugar Grup yang belum mendapat izin dari perusahaan gula putih itu.
"Ironinya, sejatinya tower sudah dibangun dan berdiri kokoh namun kabel yang menghubungkan kedua Gardu Induk tersebut sampai sekarang belum ada. Sehingga GI Menggala selama ini mengalama overloud," katanya.
Seandainya interkoneksi transmisi GI Menggala-Seputihbanyak bisa terujud, bukan saja dapat mengatasi kelistrikan di Menggala dan sekitarnya, melainkan Lampung. “Transmisi GI Menggaladan GI Seputihbanyak, sebenarnya sedikit banyak bisa mengatasi persoalan listrik di sekitar itu, dan Lampung pada umumnya,” kata kontraktor kelistrikan itu lagi yang enggan ditulis namanya.
Sementaraitu, Sugar Grup mengklaim bukan pihaknya tidak memberikan izin lintas transmisi (SUTT) ke kawasannya. Persoalannya, perjanjian kerja sama yang belum dibahas oleh pihak PLN.
Sementara itu Handy, manager UPT GI dan SUTET saat dikonfirmasi tak bersedia menjawab, dan ia menyarankan menghubungi PLN Distribusi Lampung atau PLN Proyek Transmisi Lampung. "Karena kami lebih ke arah pemeliharaan transmisinya, bukan ke proyek pembangunannya. Jadi seluk-beluk dan isu mengenai hal tersebut, lebih tepat ditanyakan dan dijawab oleh 2 unit tersebut," kata Handy melalui pesan pendek.
Sedangkan GM PLN Distribusi Lampung Made Artha, saat dihubungi untuk konfirmasi, telepon genggamnya tidak aktif.
baca: Lampung: Peluang dan Tantanggannya
0 comments:
Post a Comment