Aksi Diam, BMI Berkabung atas Matinya Nurani Pemerintah
Hong Kong—Sekitar 250-an buruh migran Indonesia menggelar aksi damai dengan mengelilingi areal Victoria Park,Minggu (30/3). Aksi itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas untuk pembebasan Satinah dan 48 buruh migran lain yang terancam hukuman mati di Arab Saudi.
"Pemerintah harus mengambil langkah agar bisa menyelamatkan Satinah dan buruh migran lainnya,termasuk menggunakan pendekatan diplomatik atau membayar diyat/uang ganti darah jika sudah tidak ada pilihan" tegas Maesaroh, koodinator aksi.
Hukuman mati terhadap Satinah dijadwalkan pada tanggal 3 April ini jika diyat sebesar 7 juta Riyal atau lebih dari Rp21 miliar tidak terbayar kepada keluarga majikan. Karena mendapatkan tekanan dari berbagai organisasi,baru-baru ini Presiden SBY mau bernegosiasi dengan ahli waris Nurah al Gharib.
Sayangnya,hasil kesepakatan hanya menunda hukuman pancung Satinah lebih lama 2 tahun dengan pembayaran uang penundaan eksekusi sebesar 5 juta riyal atau setara dengan sekitar Rp1,miliar.
Penundaan tersebut tidak mengurangi tuntutan keluarga majikan atas uang diyat sebesar 7 juta riyal tahun 2016 nanti. "Harapan kami adalah Satinah bebas sepenuhnya dan hanya pemerintah yang bisa melakukan itu, selidiki kasus Satinah dengan cermat dan teliti apa yang melatar belakangi kematian Nura al Gharib " tambah Maesaroh.
Aksi bertepatan dengan pelaksanaan pemilu di luar negeri,yang memang dijadwalkan lebih awal dibanding dengan pencoblosan di Indonesia. Di Hong Kong pemilu diadakan di Victoria Park dan beberapa titik lainnya.
"Parpol dan para caleg yang mengaku membela Buruh Migran tetapi tidak melakukan apapun untuk membantu Satinah tidak layak didukung" kata Maesaroh.
Massa aksi memakai baju warna hitam dan menutup mulut dengan lakban hitam sebagai tanda berkabung. Langit mendung dan gerimis tidak menyurutkan semangat mereka. Parade yang berlangsung selama 30 menit dengan street theater yang menggambarkan kolusi antara pemerintah Indonesia, agency, PJTKI dan majikan jahat. (BMIHK)
Sumber foto: fendyrahayu.wordpress.com
![]() |
Solidaritas Satinah di Viotoria Park Hong Kong dengan memplaster mulut. |
"Pemerintah harus mengambil langkah agar bisa menyelamatkan Satinah dan buruh migran lainnya,termasuk menggunakan pendekatan diplomatik atau membayar diyat/uang ganti darah jika sudah tidak ada pilihan" tegas Maesaroh, koodinator aksi.
Hukuman mati terhadap Satinah dijadwalkan pada tanggal 3 April ini jika diyat sebesar 7 juta Riyal atau lebih dari Rp21 miliar tidak terbayar kepada keluarga majikan. Karena mendapatkan tekanan dari berbagai organisasi,baru-baru ini Presiden SBY mau bernegosiasi dengan ahli waris Nurah al Gharib.
Sayangnya,hasil kesepakatan hanya menunda hukuman pancung Satinah lebih lama 2 tahun dengan pembayaran uang penundaan eksekusi sebesar 5 juta riyal atau setara dengan sekitar Rp1,miliar.
Penundaan tersebut tidak mengurangi tuntutan keluarga majikan atas uang diyat sebesar 7 juta riyal tahun 2016 nanti. "Harapan kami adalah Satinah bebas sepenuhnya dan hanya pemerintah yang bisa melakukan itu, selidiki kasus Satinah dengan cermat dan teliti apa yang melatar belakangi kematian Nura al Gharib " tambah Maesaroh.
![]() |
Massa aktivis Buruh MigranHong Kong berkumpul di Victoria Park,Minggu (30/3). |
"Parpol dan para caleg yang mengaku membela Buruh Migran tetapi tidak melakukan apapun untuk membantu Satinah tidak layak didukung" kata Maesaroh.
Massa aksi memakai baju warna hitam dan menutup mulut dengan lakban hitam sebagai tanda berkabung. Langit mendung dan gerimis tidak menyurutkan semangat mereka. Parade yang berlangsung selama 30 menit dengan street theater yang menggambarkan kolusi antara pemerintah Indonesia, agency, PJTKI dan majikan jahat. (BMIHK)
Sumber foto: fendyrahayu.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment