![]() |
Perang suku di Papua (ilustrasi) |
Mereka bukan tewas oleh salah satu pihak, Moni atau Damal, tetapi karena tertembak polisi yang bertugas mengamankan pertikaian. Dua orang korban yang tewas tertembak ini adalah Ev. Epinus Magal, S.PAK dan Yoen Wandagau.
Epinus Magal, menurut keterangan Pendeta Hengki Magal,Sekertaris Gereja Kemah Injil (KINGMI) Klasis Tembagapura, adalah anak dari Pendeta Sem Magal, seorang gembala Gereja Kingmi. Almarhum Epinus sendiri adalah seorang Gembala Sidang Gereja Kingmi Jemaat Sinai di Jalan Hasanudin, Timika. Sementara Yoen Wandagau adalah jemaat dari Epinus Magal.
Pendeta Hengki menerangkan, kemarin (Selasa, 11/2) pukul 08.00 WP, Epinus pergi ke Iwaka untuk mengunjungi beberapa jemaatnya yang terlibat pertikaian di Iwaka. Pertikaian ini disebabkan oleh konflik tanah di Iwaka.
“Pukul tujuh pagi (Selasa,11/2-red), kelompok Dani bunuh Kwein Yawame. Akibatnya, masyarakat Moni turun menyerang kelompok Dani. Kelompok Dani yang diserang ini mundur, sehingga mengarah kepada polisi yang sedang berjaga. Jadi polisi tembak ke arah mereka (kelompok Dani-red).” kata Pendeta Hengki, Rabu (12/3).
Pendeta lulusan Sekolah Teologi Atas Kejuruan (STAK) Levinus Rumaseb Moanemani, Kab. Dogiyai ini menambahkan bahwa warga yang tertembak oleh polisi ada lima orang. Dua orang lainnya yang tertembak adalah Nokolek Abugau dan Okto Dimpau. Sedangkan satu orang lagi belum diketahui namanya.
Kabidhumas Polda Papua, Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono, seperti di lansir oleh okezone.com, mengakui adanya korban tewas dalam insiden yang terjadi kemarin (Selasa, 11/3) di Djayanti-Mayon, Timika, lokasi terjadinya konflik antara suku Moni dan Dani ini.
Sulistyo mengatakan, saat itu polisi sedang berupaya menghalau kelompok Moni yang menyerang kelompok Dani dengan watercanon dan gas air mata. Kelompok yang bertikai ini, menurut Kabidhumas, tidak terima dan berbalik menyerang polisi. Sehingga polisi mengambil tindakan tegas yang berakibat tewasnya Ev. Epinus Magal, S.PAK dan Yoen Wandagau dan tiga lainnya terluka karena peluru polisi.
“Akibat penyerangan dari warga Suku Moni itu, satu anggota kami bernama Briptu Eka Suprianto terkena panah di bagian leher. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan medis,” jelas Kabidhumas.
Polisi kemudian melakukan penyisiran di permukiman warga Moni dan Dani di Djayanti-Mayon untuk mengambil senjata tradisional yang selama ini digunakan untuk saling menyerang. (Jubi/Victor Mambor)
Sumber: www.tabloidjubi.com
0 comments:
Post a Comment